Alan Somantri: Pedagang Gorengan Saja Tahu Berapa Modal dan Berapa Harus Dapat Untung

Alan Somantri: Pedagang Gorengan Saja Tahu Berapa Modal dan Berapa Harus Dapat Untung

JAKARTA ~ Rezim Jokowi hingga masa jabatannya lengser terus dihujat tanpa henti oleh sebagian rakyatnya. Pasalnya semua tatanan berbangsa dan bernegara seperti dipaksakan hanya untuk kepentingan tertentu, jika ada hukum atau aturan yang dianggap menghalangi maka hukum dan aturanya yang dirubah, termasuk beberap keinginan membangun proyek besar demi keuntungan pribadi dan golonganya tanpa perhitungan yang matang yang akhirnya banyak proyek yang gagal (mangkrak).

Beberapa contoh proyek yang dipaksakan seperti membangun IKN yang tidak ada manfaatnya sampai saat ini,

Bandara Kertajati di kabupaten Majalengka Jawa Barat yang akhirnya tidak berfungsi, proyek Kebanggaan Jokowi dan Luhut kereta cepat Whoosh Jakarta-Bandung, yang kini mengalami kerugian besar. Biaya proyek awalnya diperkirakan sebesar 6,02 miliar dolar AS, namun membengkak menjadi 7,22 miliar dolar AS akibat cost overrun. Kerugian yang dialami PT Kereta Api Indonesia (KAI) mencapai Rp5,8 triliun sejak 2024 hingga semester I 2025.

Direktur Utama KAI, Bobby Rasyidin, menyebut kondisi ini sebagai "bom waktu" yang membutuhkan perhatian serius dan langkah penanganan cepat. KAI telah menyuntikkan modal Rp7,7 triliun ke PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) untuk menopang proyek ini, namun kerugian terbesar masih tercatat pada 2024, yaitu lebih dari Rp4 triliun 

Kerugian ini diperkirakan akan terus bertambah jika utang tidak segera dilunasi, dengan prediksi mencapai Rp6 triliun pada 2026. Struktur kepemilikan proyek ini terdiri dari konsorsium Indonesia dan China, dengan pembiayaan sebagian besar diperoleh melalui pinjaman dari China Development Bank.

Pemerhati media sosial, Alan Somantri mengatakan, " Pedagang Gorengan saja tahu berapa harus punya modal dan berapa harus dapat untung, kita sama sama merasakan betapa banyak kerugian negara yang dialami oleh Rezim Jokowi diduga kuat hanya mencari keuntungan pribadi dan golonganya tanpa melihat dari aspek aspek lain." Tandasnya.(13/25) May