Alan Somantri: Setop Program Makan Gizi Geratis, Sebaiknya di Uangkan Saja, Orang Tua Lebih Tahu Makanan Sehat Buat Anaknya

Alan Somantri: Setop Program Makan Gizi Geratis, Sebaiknya di Uangkan Saja, Orang Tua Lebih Tahu Makanan Sehat Buat Anaknya

KOTA DEPOK || Program MBG adalah Program Makan Bergizi Gratis yang bertujuan untuk memberikan makan siang kepada anak-anak sekolah, ibu hamil, dan ibu menyusui untuk mengurangi stunting dan kemiskinan. Namun, sejak diluncurkan, program ini dikaitkan dengan berbagai kasus keracunan massal di berbagai daerah di Indonesia, seperti di Nusa Tenggara Timur dan Cianjur. Keracunan ini diduga akibat makanan yang tidak layak atau tidak higienis, seperti ayam kecap basi atau daging mentah. 

Pengamat dan Pemerhati media sosial, Alan Somantri mengatakan, "Program Makan Gizi Geratis (MPG) ini sebaiknya disetop mengingat banyaknya kasus keracunan bukan hanya satu dua orang bahkan ribuan, terlepas dari siap yang salah saya berharap kepada pemerintah agar mengevaluasi kembali, atau saya sarankan sebaiknya diuangkan saja, uangnya dikasi ke orangtuanya yang lebih tahu mana makanan yang baik buat anaknya." Tandasnya.

Tujuan Program MBG: 

Mengatasi stunting: Menurunkan angka stunting (kekurangan gizi) pada balita dan anak-anak.

Mengatasi malnutrisi: Mengurangi angka malnutrisi pada kelompok rentan.

Membangun sumber daya unggul: Menciptakan generasi emas yang mampu membawa Indonesia menjadi negara maju.

Menurunkan angka kemiskinan: Mengurangi kemiskinan di masyarakat.

Menggerakkan ekonomi: Mendorong pergerakan ekonomi masyarakat.

Dampak Kasus Keracunan: 

Kesehatan: Ratusan hingga ribuan anak dilaporkan mengalami keracunan, dengan gejala mual, pusing, dan muntah.

Psikologis: Siswa, orang tua, dan guru yang mengalami keracunan mengaku trauma.

Kepercayaan Publik: Masyarakat berharap program MBG ditinjau ulang atau dihentikan karena kasus keracunan yang terus berulang.

Evaluasi Pemerintah: Pemerintah diminta melakukan evaluasi menyeluruh sebelum memperluas cakupan program ini lebih jauh.

Penyebab dan Penyelesaian:

Faktor makanan: Diduga terkait dengan makanan yang tidak layak atau tidak higienis, seperti ayam kecap basi, daging mentah, atau makanan yang terkontaminasi bakteri. 

Kurangnya pengawasan: Pakar menilai pemerintah tidak menjalankan fungsi pengawasan, evaluasi, dan supervisi program dengan baik. 

Kelebihan skala produksi: Program dianggap terlalu terburu-buru dan terlalu besar skalanya, sehingga menimbulkan masalah dalam pengadaan dan distribusi makanan. 

Solusi yang disarankan:

Melakukan evaluasi menyeluruh dan peninjauan ulang pelaksanaan program. 

Memperbaiki standar keamanan pangan dan higienitas dalam proses pengolahan makanan. 

Memperkuat fungsi pengawasan, evaluasi, dan supervisi dari pihak terkait seperti Badan Gizi Nasional (BGN). 

Mengurangi skala produksi agar lebih terkendali, dan bekerja sama dengan sekolah untuk tanggung jawab makanan. 

Meningkatkan literasi pangan sehat di masyarakat agar tidak mudah menjadi korban kelalaian. (May)